Thursday 8 October 2015

Filsafat Paul Feyerabend

TUGAS MAKALAH
FILSAFAT ILMU
PAUL FEYERABEND
DOSEN : Made Pramono S.S.,M.HUM



OLEH :
Nama : M.Bagus Anugerah
                              NIM   : 118694272
      Nama : Rahmanita Kurnia Putri
                              NIM   :118694276

SI AKUNTANSI 2011 BB


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu  dengan membahas Paul Feyerabend. Dalam menyusun makalah ini tidak di pungkiri atas hambatan-hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan orang tua dan teman-teman, sehingga kendala yang kami hadapi bias teratasi.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.      Bapak Made Pramono selaku dosen filsafat ilmu yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
2.      Orang tua dan teman yang telah turut membantu kami, sehingga tugas ini dapat selesai dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.







Surabaya, 30 Maret 2012


                                                                                                        Penyusun

















DAFTAR ISI
Kata pengantar  …………………………………………………… 2
Daftar isi ………………………………………………………….   3
BAB I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang ………………………………………………..   4
1.2  Rumusan Masalah …………………………………………….   4
1.3  Tujuan …………………………………………………………  4
BAB II PEMBAHASAN
A.   Paul Feyerabend ……………………………………………….  5
Ø Konsep anything goes …………………………………..  6
B.   Pemikiran Paul Feyerabend ……………………………………  7
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan …………………………………………………….   9
B.   Saran ……………………………………………………………. 9
C.   Kritik ……………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….   10


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Membahas mengenai filsafat ilmu, tidak lepas juga kita membahas filsuf yang ternama, yaitu Paul Feyerabend. Paul Feyerabend(fI-er-ah-bent)  lahir tahun 1924 di Vienna.  Ketika lulus pada 1942 dia kemudian ditugaskan di Arbeitsdienst (Jenis kerja yang diperkenalkan oleh Nazi).oleh Jerman. Pada 1952 dia pindah ke london dan menghadiri seminar dari Karl Popper di sekolah Ekonomi London. Pada masa ini dia sangat terpengaruh pada pemikiran Karl Popper. Pada tahun 1955,  Dia mengajar filsafat ilmu. Setelah itu dia kemudian mengajar di banyak tempat seperti Berkeley, Auckland, Sussex, Yale, London, Berlin dan ETH Zurich. Pada masa inilah dia menjadi kritis dalam pandangannya terhadap filsafat ilmu. Pendapatnya ini menjadi ‘anarkistis’ dan ‘dadaistis’.  Feyerabend menulis buku yang berisi kritik terhadap metodologi yang berjudul Againts Method.
Against Method adalah buku karya Feyerabend yang berisi pemikiran-pemikiran Feyerabend yang kontroversi dan juga menentang. Dia mengatakan ‘anything goes’ yang berarti hipotesa apa pun boleh dipergunakan, bahkan yang tidak dapat diterima secara rasional atau berbeda dengan teori yang berlaku atau hasil eksperimen. Sehingga ilmu pengetahuan bisa maju tidak hanya dengan proses induktif sebagaimana halnya sains normal, melainkan juga secara kontrainduktif. Dalam pengembangan prinsip ini Feyerabend mengakui adanya penerapan prinsip liberalisme John Stuart Mills dalam konteks tertentu (sains) dalam metode sains. Feyerabend menganut liberalisme ini karena menurut dia, tidak ada satu hipotesa apa pun, bahkan yang tidak masuk akal, yang tidak berguna untuk kemajuan sains.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Mengenai tentang Paul Feyerabend?
2.      Bagaimanakah pemikiran-pemikiran Paul Feyerabend terhadap filsafat?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang sudah Paul Feyerabend berikan pada bidang Filsafat Ilmu
2.      Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Paul Feyerabend



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Paul Feyerabend
Bukunya yang terkenal berjudul: Against Method di mana dia mengatakan bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan dan perkembangannya tidak bisa diterangkan ataupun diatur oleh segala macam aturan dan sistem maupun hukum.
Ilmu pengetahuan tidak mengenal aturan metodologis yang selalu digunakan para ilmuwan. Aturan metodologis hanya akan membatasi aktivitas para ilmuwan, dan dengan demikian akan membatasi kemaju ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi karena KREATIVITAS INDIVIDUAL. Karena itu, satu-satunya prinsip yang tidak menghambat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah ANITHING GOES.
Dengan begitu, dia menolak adanya keteraturan dalam perkembangan ilmu. Lalu keteraturan itu diwujudkan dalam hukum dan sistem. Jadi, Feyerabend memang menentang metode.
Mengapa Feyerabend menentang metode? Menurut dia, dalam menjalankan riset dan menjelaskannya, ilmuwan sebaiknya tidak dibatasi oleh metode-metode yang ada. Ilmuwan harus BEBAS.  Kegiatan ilmiah dan ilmu pengetahuan adalah suatu upaya yang anarkistik karena tidak mengandalkan satu metode tertentu.
Bagi dia, sains sebagimana yang kita ketahui selama ini bisa menjadi monster yang mematikan manusia sendiri demi alasan objektivitas. Karena itu, ilmuwan harus dibebaskan dari berbagai belenggu metodologi keilmuan dan dalam KEBEBASANNYA berusaha memahami dan menjelaskan berbagai fakta, gejala, kejadian secara lebih subjektif dan anarkis. Bahkan filsafat pun harus ditolak karena tidak mampu memberikan deskripsi yang umum mengenai sains. Sains juga tidak sanggup menemukan sebuah metode keilmuan yang bisa membedakan mana yang merupkan produk sains dan mana yang bukan merupakan produk sains, misalnya mitos-mitos. Karena itu, arahan atau bimbingan filosofis sebaiknya diabaikan saja oleh para ilmuwan.
Untuk menjelaskan pandangannya bahwa dalam bekerja ilmuwan tidak membutuhkan metodologi keilmuan tertentu, Feyerabend mengambil contoh revolusi Copernican. Dengan revolusi ini semua metodologi keilmuan yang selama ini ada dalam masyarakat (prescriptive rules) dengan senidirinya ditolak. Revolusi Copernican tidak mungkin akan terjadi jika ilmuwan bekerja mengikuti metode-metode keilmuan tertentu.
Dia juga mengkritik falsifikasinya Popper. Bagi dia, tidak ada satu teori keilmuan pun yang konsisten dengan semua fakta yang relevan. Jadi, kriteria konsistensi dalam menilai kekuatan sebuah teori dengan sendirinya ditolak Feyerabend.
Bagi dia, sains bukanlah satu-satunya penjelas realitas. Dalam masyarakat masih ada sumber-sumber penjelasan lainnya yang juga memiliki otoritas yang setara, misalnya penjelasan dari mitos, dari agama, dsb. Masyarakat jangan dikungkung oleh metodologi keilmuan tertentu. Biarkan kebebasan dalam masyarakat, di mana semua penjelasan alam semesta hidup dan berkembang.
Ø  Konsep anything goes
Dalam bukunya berjudul Against Method dan Science in a Free Society, Feyerabend mempertahankan gagasannya bahwa tidak ada aturan metodologis tertentu yang selalu digunakan oleh para ilmuwan. Bagi dia, setiap metodologi ilmiah tidak lebih dari aturan yang sifatnya preskriptif dan jika digunakan atau dipakai dalam penelitian hanya akan membatasi aktivitas sang ilmuwan itu sendiri. Pekerjaan ilmuwan yang terhambat oleh metodologi dengan sendirinya akan membatasi pula kemajuan ilmu pengetahuan. Dari pada memaksakan suatu aturan yang kaku tertentu ke dalam serangkaian metodologi ilmiah, ilmuwan membiarkan saja segala sesuatu berjalan tanpa dibatasi oleh metodologi. Ilmuwan bahkan bisa belajar dari keadaan yang anarkis dan kacau sekalipun.
Feyerabend justru mempertanyakan, apakah metode ilmiah dengan klaim objektivitasnya dapat sungguh-sungguh menghasilkan pengetahuan yang tidak membahayakan manusia? Dan, apakah tidak mengikuti metodologi ilmiah tertentu hanya akan menghasilkan monster bagi manusia? Dia berpendapat, bahwa bahkan atas nama metodologi ilmiah sekalipun, ilmu pengetahuan ternyata bisa menghasilkan luaran yang justru membahayakan hidup manusia itu sendiri. Mengutip Kierkegaard, Feyerabend menulis: ”Is it not possible that my activity as an objective (or critico-rational) observer of nature will weaken my strength as a human being?” I suspect the answer to many of these questions is affirmative and I believe that a reform of the sciences that makes them more anarchic and more subjective (in Kierkegaard’s sense) is urgently needed. Against Method.
Posisi atau pandangan yang dibela Feyerabend digolongkan sebagai pandangan radikal dalam filsafat ilmu. Disebut demikian karena filsafat tidak mampu menyediakan atau memberikan suatu deskripsi umum mengenai sains, juga tidak mampu menyediakan sebuah metode yang bisa membedakan produk-produk yang dihasilkan sains sendiri dengan produk-produk yang dihasilkan pseudosains.

B.     Pemikiran-pemikiran Feyerabend
Pemikiran Feyerabend lebih menitikberatkan kepada wilayah sejarah ilmu dan epistemologis. Karena wacana yang berkembang waktu itu adalah positivisme logis (neo-positivisme), maka ia lebih banyak bicara dalam dua ranah tersebut. Positivisme logis itu sendiri dipengaruhi oleh Auguste Comte. Pandangan ini mengimani ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti/matematis. Pandangan ini juga melatar belakangi timbulnya istilah pengetahuan yang ilmiah dan non ilmiah. Pengetahuan dianggap ilmiah kalau disusun berdasarkan logika formal. Artinya, lebih mengarah kepada forma, ‘bentuk’ proposisi dan argument-argumen logis. Yang dipentingkan adalah context of justification, konteks pengujian dan pembenaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Paham ini kurang mementingkan konteks penemuan, context of discovery atau pun perkembangan ilmu pengetahuan. Pengujian ilmu pengetahuan tidak terkait dengan penemuan pengetahuan itu sendiri. Para ilmuwan tidak berhubungan dengan latar belakang historisnya. Kata kunci paham ini adalah verifikasi, demarkasi atau garis batas antara bermakna dan tidak bermakna. Logikanya adalah induktif.
Kritikan Feyerabend terhadap aliran ini dalam persoalan sejarah ilmu adalah bahwa antara sejarah ilmu dan filsafat ilmu mempunyai hubungan yang saling mengait satu dengan yang lainnya. Para ilmuwan tidak bisa lepas dari latar belakang historis. Kritikannya yang paling penting dalam ranah epistemologis adalah anarkisme epistemologis. Anarkisme epistemologis tercantum dalam karangannya Against Method (Anti Metode). Ilmu pengetahuan pada waktu itu mengandaikan adanya satu metode yang universal, yakni matematis. Semuanya bisa diukur dengan ukuran matematis dan logis. Masalah yang tidak bisa dipecahkan secara matematis tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Paham neo-positivis mengandaikan adanya satu metode baku yang universal, bisa memecahkan segala persoalan dan tahan uji. Para peneliti hanya dibatasi dengan satu teori. Menurut Feyerabend tidak demikian. Para peneliti bisa melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa metode yang dibutuhkan dan dipandang sesuai untuk memecahkan persoalan. Penggunaan metode bisa berupa inter-disipliner maupun multi-disipliner. Bebas mau melakukan apapun yang disukai. Anything goes ini adalah semboyannya. Satu-satunya prinsip yang tidak menghalangi perkembangan ilmu pengetauan adalah prinsip.
Feyerabend juga termasuk orang yang anti terhadap saintisme, paham yang terlalu mengagung-agungkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sering mengklaim dirinya sebagai pemegang otoritas kebenaran mutlak. Menurut Feyerabend kita tidak bisa mengabaikan faktor lain di luar ilmu pengetahuan. Kebenaran bukan monopoli ilmu pengetahuan karena monopoli bisa berdampak kepada ideologi tertutup, yakni tidak menerima kebenaran di luar dari ilmu pengetahuan itu. Mengutip Popper, “Ideologi tertutup tidak bisa difalsifikasi.” Karena itu, ilmu pengetahuan harus menjadi “realisme ilmiah”. Ilmu pengetahuan hanyalah salah satu usaha untuk memahami semua realitas, di mana manusia dan alam berada di dalamnya.
Namun gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh Feyerabend ini kurang mendapatkan perhatian dari para ilmuwan di zamannya. Mereka terlalu dihegemoni oleh pengaruh neo-positivisme dan rasionalisme kritis Popper. Namun, pemikiran Feyerabend justru mendapat tempat di dalam pasca neo-positivisme. Atau dengan kata lain disebut dengan posmodernisme.







































                                                              





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Paul Feyerabend mengatakan bahwa Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi karena KREATIVITAS INDIVIDUAL. Karena itu, satu-satunya prinsip yang tidak menghambat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah ANITHING GOES. Atas nama metodologi ilmiah sekalipun, ilmu pengetahuan ternyata bisa menghasilkan luaran yang justru membahayakan hidup manusia itu sendiri. Kebenaran bukan monopoli ilmu pengetahuan karena monopoli bisa berdampak kepada ideologi tertutup, yakni tidak menerima kebenaran di luar dari ilmu pengetahuan itu. Mengutip Popper, “Ideologi tertutup tidak bisa difalsifikasi.” Karena itu, ilmu pengetahuan harus menjadi “realisme ilmiah”. Ilmu pengetahuan hanyalah salah satu usaha untuk memahami semua realitas, di mana manusia dan alam berada di dalamnya.
B.     SARAN
Kita memang harus kritis dalam hal apapun, tetapi sebaiknya kritis juga harus ada yang melandasi pemikiran kita untuk mengungkapkan sesuatu. Paul Feyerabend filsuf yang bisa di katakan kontroversial yakni menentang adanya metode, yang sebagian besar para ilmuwan mendukung adanya metode tersebut. Memang yang di lakukan Paul untuk sebuah demi perubahan tetapi gagasan Paul kurang mendapat perhatian dari para ilmuwan di zamannya.

C.    Kritik
 Makalah ini kurang sempurna, di mohon untuk kritikan-kritikan yang membangun untuk keberlangsungan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua yang membaca dan juga khususnya kami juga agar dapat mengambil ilmu dari makalah ini.


















                                                              
DAFTAR PUSTAKA




No comments:

Post a Comment