TUGAS MAKALAH
FILSAFAT ILMU
PAUL
FEYERABEND
DOSEN : Made
Pramono S.S.,M.HUM
OLEH :
Nama :
M.Bagus Anugerah
NIM : 118694272
Nama : Rahmanita Kurnia Putri
NIM :118694276
SI AKUNTANSI 2011 BB
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan tugas makalah Filsafat
Ilmu dengan membahas Paul Feyerabend.
Dalam menyusun makalah ini tidak di pungkiri atas hambatan-hambatan yang kami
hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan orang tua dan teman-teman, sehingga kendala yang kami
hadapi bias teratasi.
Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada :
1. Bapak
Made Pramono selaku dosen filsafat ilmu yang telah memberikan tugas, petunjuk
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
2. Orang
tua dan teman yang telah turut membantu kami, sehingga tugas ini dapat selesai
dengan baik.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang di
harapkan dapat tercapai.
Surabaya, 30 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar
…………………………………………………… 2
Daftar isi …………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
……………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah
……………………………………………. 4
1.3 Tujuan ………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Paul
Feyerabend ………………………………………………. 5
Ø Konsep anything goes
………………………………….. 6
B.
Pemikiran
Paul Feyerabend …………………………………… 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
……………………………………………………. 9
B.
Saran
……………………………………………………………. 9
C.
Kritik
……………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membahas
mengenai filsafat ilmu, tidak lepas juga kita membahas filsuf yang ternama,
yaitu Paul Feyerabend. Paul
Feyerabend(fI-er-ah-bent) lahir tahun 1924 di Vienna. Ketika lulus pada 1942 dia kemudian
ditugaskan di Arbeitsdienst (Jenis kerja yang diperkenalkan
oleh Nazi).oleh Jerman. Pada 1952 dia pindah ke london dan menghadiri seminar
dari Karl Popper di sekolah Ekonomi London. Pada masa ini dia sangat
terpengaruh pada pemikiran Karl Popper. Pada tahun 1955, Dia mengajar filsafat ilmu.
Setelah itu dia kemudian mengajar di banyak tempat seperti Berkeley, Auckland,
Sussex, Yale, London, Berlin dan ETH Zurich. Pada masa inilah dia menjadi
kritis dalam pandangannya terhadap filsafat ilmu. Pendapatnya ini menjadi
‘anarkistis’ dan ‘dadaistis’. Feyerabend
menulis buku yang berisi kritik terhadap metodologi yang berjudul Againts Method.
Against Method adalah buku karya
Feyerabend yang berisi pemikiran-pemikiran Feyerabend yang kontroversi dan juga
menentang. Dia mengatakan
‘anything goes’ yang berarti hipotesa apa pun boleh dipergunakan, bahkan yang
tidak dapat diterima secara rasional atau berbeda dengan teori yang berlaku
atau hasil eksperimen. Sehingga ilmu pengetahuan bisa maju tidak hanya dengan
proses induktif sebagaimana halnya sains normal, melainkan juga secara
kontrainduktif. Dalam pengembangan prinsip ini Feyerabend mengakui adanya
penerapan prinsip liberalisme John Stuart Mills dalam konteks tertentu (sains)
dalam metode sains. Feyerabend menganut liberalisme ini karena menurut dia,
tidak ada satu hipotesa apa pun, bahkan yang tidak masuk akal, yang tidak
berguna untuk kemajuan sains.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Mengenai tentang Paul Feyerabend?
2. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran Paul
Feyerabend terhadap filsafat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang sudah Paul Feyerabend
berikan pada bidang Filsafat Ilmu
2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran
Paul Feyerabend
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Paul Feyerabend
Bukunya yang terkenal berjudul: Against
Method di mana dia mengatakan bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan dan
perkembangannya tidak bisa diterangkan ataupun diatur oleh segala macam aturan
dan sistem maupun hukum.
Ilmu pengetahuan tidak mengenal
aturan metodologis yang selalu digunakan para ilmuwan. Aturan metodologis hanya
akan membatasi aktivitas para ilmuwan, dan dengan demikian akan membatasi
kemaju ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan
terjadi karena KREATIVITAS INDIVIDUAL. Karena itu, satu-satunya prinsip yang
tidak menghambat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah ANITHING
GOES.
Dengan begitu, dia menolak adanya
keteraturan dalam perkembangan ilmu. Lalu keteraturan itu diwujudkan dalam
hukum dan sistem. Jadi, Feyerabend memang menentang metode.
Mengapa Feyerabend menentang metode?
Menurut dia, dalam menjalankan riset dan menjelaskannya, ilmuwan sebaiknya
tidak dibatasi oleh metode-metode yang ada. Ilmuwan harus BEBAS. Kegiatan
ilmiah dan ilmu pengetahuan adalah suatu upaya yang anarkistik karena tidak
mengandalkan satu metode tertentu.
Bagi dia, sains sebagimana yang
kita ketahui selama ini bisa menjadi monster yang mematikan manusia sendiri
demi alasan objektivitas. Karena itu, ilmuwan harus dibebaskan dari berbagai belenggu metodologi keilmuan dan
dalam KEBEBASANNYA berusaha memahami dan menjelaskan berbagai fakta, gejala,
kejadian secara lebih subjektif dan anarkis. Bahkan filsafat pun harus ditolak
karena tidak mampu memberikan deskripsi yang umum mengenai sains. Sains juga
tidak sanggup menemukan sebuah metode keilmuan yang bisa membedakan mana yang
merupkan produk sains dan mana yang bukan merupakan produk sains, misalnya
mitos-mitos. Karena itu, arahan atau bimbingan filosofis sebaiknya diabaikan
saja oleh para ilmuwan.
Untuk menjelaskan pandangannya
bahwa dalam bekerja ilmuwan tidak membutuhkan metodologi keilmuan tertentu,
Feyerabend mengambil contoh revolusi Copernican. Dengan revolusi ini semua
metodologi keilmuan yang selama ini ada dalam masyarakat (prescriptive
rules) dengan senidirinya ditolak. Revolusi Copernican tidak mungkin akan
terjadi jika ilmuwan bekerja mengikuti metode-metode keilmuan tertentu.
Dia juga mengkritik falsifikasinya
Popper. Bagi dia, tidak ada satu teori keilmuan pun yang konsisten dengan semua
fakta yang relevan. Jadi, kriteria konsistensi dalam menilai kekuatan sebuah
teori dengan sendirinya ditolak Feyerabend.
Bagi dia, sains bukanlah
satu-satunya penjelas realitas. Dalam masyarakat masih ada sumber-sumber
penjelasan lainnya yang juga memiliki otoritas yang setara, misalnya penjelasan
dari mitos, dari agama, dsb. Masyarakat jangan dikungkung oleh metodologi
keilmuan tertentu. Biarkan kebebasan dalam masyarakat, di mana semua penjelasan
alam semesta hidup dan berkembang.
Ø
Konsep anything goes
Dalam bukunya berjudul Against
Method dan Science in a Free Society, Feyerabend mempertahankan
gagasannya bahwa tidak ada aturan metodologis tertentu yang selalu digunakan
oleh para ilmuwan. Bagi dia, setiap metodologi ilmiah tidak lebih dari aturan
yang sifatnya preskriptif dan jika digunakan atau dipakai dalam penelitian
hanya akan membatasi aktivitas sang ilmuwan itu sendiri. Pekerjaan ilmuwan yang
terhambat oleh metodologi dengan sendirinya akan membatasi pula kemajuan ilmu
pengetahuan. Dari pada memaksakan suatu aturan yang kaku tertentu ke dalam serangkaian
metodologi ilmiah, ilmuwan membiarkan saja segala sesuatu berjalan tanpa
dibatasi oleh metodologi. Ilmuwan bahkan bisa belajar dari keadaan yang anarkis
dan kacau sekalipun.
Feyerabend justru mempertanyakan,
apakah metode ilmiah dengan klaim objektivitasnya dapat sungguh-sungguh
menghasilkan pengetahuan yang tidak membahayakan manusia? Dan, apakah tidak
mengikuti metodologi ilmiah tertentu hanya akan menghasilkan monster bagi
manusia? Dia berpendapat, bahwa bahkan atas nama metodologi ilmiah sekalipun,
ilmu pengetahuan ternyata bisa menghasilkan luaran yang justru membahayakan
hidup manusia itu sendiri. Mengutip Kierkegaard, Feyerabend menulis: ”Is it not
possible that my activity as an objective (or critico-rational) observer of
nature will weaken my strength as a human being?” I suspect the answer to many
of these questions is affirmative and I believe that a reform of the sciences
that makes them more anarchic and more subjective (in Kierkegaard’s sense) is
urgently needed. Against Method.
Posisi atau pandangan yang dibela
Feyerabend digolongkan sebagai pandangan radikal dalam filsafat ilmu. Disebut
demikian karena filsafat tidak mampu menyediakan atau memberikan suatu deskripsi
umum mengenai sains, juga tidak mampu menyediakan sebuah metode yang bisa
membedakan produk-produk yang dihasilkan sains sendiri dengan produk-produk
yang dihasilkan pseudosains.
B. Pemikiran-pemikiran
Feyerabend
Pemikiran Feyerabend lebih menitikberatkan kepada wilayah
sejarah ilmu dan epistemologis. Karena wacana yang berkembang waktu itu adalah
positivisme logis (neo-positivisme), maka ia lebih banyak bicara dalam dua
ranah tersebut. Positivisme logis itu sendiri dipengaruhi oleh Auguste Comte.
Pandangan ini mengimani ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan
logis dan pasti/matematis. Pandangan ini juga melatar belakangi timbulnya
istilah pengetahuan yang ilmiah dan non ilmiah. Pengetahuan dianggap ilmiah
kalau disusun berdasarkan logika formal. Artinya, lebih mengarah kepada forma,
‘bentuk’ proposisi dan argument-argumen logis. Yang dipentingkan adalah context
of justification, konteks pengujian dan pembenaran ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Paham ini kurang mementingkan konteks penemuan, context of
discovery atau pun perkembangan ilmu pengetahuan. Pengujian ilmu pengetahuan
tidak terkait dengan penemuan pengetahuan itu sendiri. Para ilmuwan tidak
berhubungan dengan latar belakang historisnya. Kata kunci paham ini adalah
verifikasi, demarkasi atau garis batas antara bermakna dan tidak bermakna.
Logikanya adalah induktif.
Kritikan Feyerabend terhadap aliran ini dalam persoalan
sejarah ilmu adalah bahwa antara sejarah ilmu dan filsafat ilmu mempunyai
hubungan yang saling mengait satu dengan yang lainnya. Para ilmuwan tidak bisa
lepas dari latar belakang historis. Kritikannya yang paling penting dalam ranah
epistemologis adalah anarkisme epistemologis. Anarkisme epistemologis tercantum
dalam karangannya Against Method (Anti Metode). Ilmu pengetahuan pada waktu itu
mengandaikan adanya satu metode yang universal, yakni matematis. Semuanya bisa
diukur dengan ukuran matematis dan logis. Masalah yang tidak bisa dipecahkan
secara matematis tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Paham neo-positivis mengandaikan adanya satu metode baku
yang universal, bisa memecahkan segala persoalan dan tahan uji. Para peneliti
hanya dibatasi dengan satu teori. Menurut Feyerabend tidak demikian. Para
peneliti bisa melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa metode yang
dibutuhkan dan dipandang sesuai untuk memecahkan persoalan. Penggunaan metode
bisa berupa inter-disipliner maupun multi-disipliner. Bebas mau melakukan
apapun yang disukai. Anything goes ini adalah semboyannya. Satu-satunya prinsip
yang tidak menghalangi perkembangan ilmu pengetauan adalah prinsip.
Feyerabend juga termasuk orang yang anti terhadap
saintisme, paham yang terlalu mengagung-agungkan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan sering mengklaim dirinya sebagai pemegang otoritas kebenaran
mutlak. Menurut Feyerabend kita tidak bisa mengabaikan faktor lain di luar ilmu
pengetahuan. Kebenaran bukan monopoli ilmu pengetahuan karena monopoli bisa
berdampak kepada ideologi tertutup, yakni tidak menerima kebenaran di luar dari
ilmu pengetahuan itu. Mengutip Popper, “Ideologi tertutup tidak bisa
difalsifikasi.” Karena itu, ilmu pengetahuan harus menjadi “realisme ilmiah”.
Ilmu pengetahuan hanyalah salah satu usaha untuk memahami semua realitas, di
mana manusia dan alam berada di dalamnya.
Namun gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh Feyerabend ini
kurang mendapatkan perhatian dari para ilmuwan di zamannya. Mereka terlalu
dihegemoni oleh pengaruh neo-positivisme dan rasionalisme kritis Popper. Namun,
pemikiran Feyerabend justru mendapat tempat di dalam pasca neo-positivisme.
Atau dengan kata lain disebut dengan posmodernisme.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Paul Feyerabend
mengatakan bahwa Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi karena KREATIVITAS
INDIVIDUAL. Karena itu, satu-satunya prinsip yang tidak menghambat perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah ANITHING GOES. Atas nama metodologi ilmiah
sekalipun, ilmu pengetahuan ternyata bisa menghasilkan luaran yang justru
membahayakan hidup manusia itu sendiri. Kebenaran
bukan monopoli ilmu pengetahuan karena monopoli bisa berdampak kepada ideologi
tertutup, yakni tidak menerima kebenaran di luar dari ilmu pengetahuan itu.
Mengutip Popper, “Ideologi tertutup tidak bisa difalsifikasi.” Karena itu, ilmu
pengetahuan harus menjadi “realisme ilmiah”. Ilmu pengetahuan hanyalah salah satu
usaha untuk memahami semua realitas, di mana manusia dan alam berada di
dalamnya.
B.
SARAN
Kita memang harus kritis dalam hal
apapun, tetapi sebaiknya kritis juga harus ada yang melandasi pemikiran kita
untuk mengungkapkan sesuatu. Paul Feyerabend filsuf yang bisa di katakan
kontroversial yakni menentang adanya metode, yang sebagian besar para ilmuwan
mendukung adanya metode tersebut. Memang yang di lakukan Paul untuk sebuah demi
perubahan tetapi gagasan Paul kurang mendapat perhatian dari para ilmuwan di
zamannya.
C. Kritik
Makalah ini kurang sempurna, di mohon untuk
kritikan-kritikan yang membangun untuk keberlangsungan makalah yang
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua yang membaca dan juga
khususnya kami juga agar dapat mengambil ilmu dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment